Menghitung skala pH dan penggunaan indokator

2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PRAKTIKUM KE- 4
Menghitung Skala pH dan Penggunaan Indikator


Oleh

Nama                            : 1. Amirah Nabila Farina     (06091381621032)
            2. Mayitoh Wardati B.M     (06091381621037)
            3. Sinta Delyana Fajar         (06091381621038)
            4. Indah Karunia Sari                   (06091381621049)
            5. Aep Tampowi                            (06091381621052)
            6. Puspa Nitasari                  (06091381621055)
            7. Kurnia Utami                            (06091181621008)

Kelompok                     : IV (Empat)
Dosen Pembimbing       : Maefa Eka Hariani, S.Pd., M.Pd
Tanggal Praktikum      : 23 September 2016
Tanggal Penyerahan    : 30 September 2016





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016


I.                  Judul Praktikum
Menghitung skala pH dan penggunaan indikator

II.               Tujuan Praktikum
1.     Membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai pH
2.     Mengamati berbagai perubahan pada larutan standar asam dan basa dalam berbagai indikator.
3.     Menghitung pH larutan dengan indikator universal

III.           Dasar Teori

A.   Teori Asam – Basa
Asam dan basa (alkali) sudah dikenal sejak zaman dahulu. Hal ini dapat dilihat dari nama mereka. Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Unsur pokok cuka adalah asam asetat CH3COOH. Istilah alkali diambil dari bahasa Arab untuk abu. Juga sudah diketahui paling tidak selama tiga abad bahwa hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi) adalah garam. Teori asam basa banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.
Teori-teori yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam basa merupakan suatu babak yang penting didalam sejarah ilmu kimia.Lavoisier (1777) menyatakan bahwa semua asam selalu mengandung suatu unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoisier, diambil dari bahasa Yunani yang berarti “pembentuk asam”). Davy(1810) menunjukkan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hydrogen dan klor, tidak mengandung oksigen dan dengan itu menetapkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang menjadi unsure dasar di dalam asam.
a.     Teori Arrhenius. 
Dalam teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante Arrhenius (1884) mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air terurai menjadi ion-ion; elektrolit yang kuat terurai sempurna; elektrolit yang lemah hanya terurai sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) disebut asam, misalnya HCl.
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Basa jika terurai menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Teori Arrhenius juga berhasil menerangkan aktifitas katalis dari asam dalam reaksi-reaksi tertentu. Asam yang merupakan katalis paling efektif adalah asam yang mempunyai daya konduksi yang paling aik, yaitu asam kuat. Semakin kuat asam, semakin tinggi konsentrasi H+ di dalam larutannya. Ion H+ merupakan katalis yang sesungguhnya didalam sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-.
b.     Teori Bronsted-Lowry. 
Disamping keberhasilan dan manfaatnya, teori Arrhenius mempunyai beberapa keterbatasan. Salah satu diantaranya adalah teori ini tidak mengenal senyawa lain sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-. Hal ini menjadi penyajian ionisasi larutan amoni dengan pelarut air sebagai berikut :
NH4OH (aq) → NH+(aq) + OH-(aq)
Tetapi zat NH4OH (ammonium hidroksida) tidak pernah ada, zat tersebut tidak dapat diisolasi dalam bentuk murni seperti natrium hidroksida (NaOH).
Selain itu, sejak zaman Arrhenius reaksi-reaksi sudah dilakukan dalam pelarut buka air seperti ammonia cair. Beberapa dari reaksi-reaksi tersebut kelihatannya mempunyai sifat-sifat reaksi asam basa. Ternyata OH- tidak ada karena tidak ada atom oksigen dalam susunan tersebut.
Menurut teori Bronsted-Lowry, suatu asam adalah donor proton suatu basa adalah akseptor (penerima) proton.(Petrucci, Ralph H.1986.Kimia Dasar Jilid 2.Halaman 260-262)
B.   pH
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen.

pH = -log[H+]


C.   Indikator
Indikator asam-basa adalah zat warnanya berubah bergantung pada pH larutan indicator asam-basa digunakan untuk menentukan sifat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Larutan asam mempunyai pH <7, larutan netral mempunyai pH=7, dan larutan basa mempunyai  pH>7. Semua indicator asam-basa merupakan asam lemah atau basa lemah yang dapat memperlihatkan perbedaan warna didalam larutan asam atau basa.
Trayek atau daerah perubahan warna adalah daerah batas pH yang merupakan daerah transisi perubahan warna. Indicator yang berbeda mempunyai traek perubahan  warna yang berbeda. Sebagai contoh, larutan lakmus akan berwarna merah pada pH <5,5 dan berwrna biru pada Ph >8. Pada larutan dengan pH = 5,5 – 8, warna lakmus adalah antara pH = 5,5 dan pH=8. Sebuah indicator biasanya hanya menunjukan sebuah rentang pH tertentu dan tidak menunjukkan sebuah nilai pH yang pasti. Karenanya, diperlukan indicator lain untuk mempersempit rentang perkiraan pH sampel yang diuji. 
Untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu zat tidak dapat dilakukan langsung dengan mencicipi atau memegangnya. Mencicipi atau memegang zat secara langsung sangat berbahaya. Contohnya asam sulfat H2SO4, yang dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai accu zuur (air aki). Bila tangan atau kulit terkena asam sulfat, akan melepuh seperti luka bakar dan bila mata terkena asam sulfat akan buta. Cara yang tepat untuk menentukan sifat asam atau basa suatu zat adalah dengan menggunakan zat petunuk yang disebut indikator.
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berbeda warna jika berada dalam lingkungan asam atau lingkungan basa.(Sukardjo. 2009 :179).
Indikator asam basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan. Dalam titrasi asam basa, sejumlah kecil larutan indikator ditanbahkan kedalam larutan yang ditritasi dalam bentuk lain kemudian dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi warna yang dapat digunakan sebagai penentu pH larutan. Kertas ini disebut kertas pH.
Indikator asam basa umumnya digunakan jika penentuan pH yang diteliti tidak terlalu dipikirkan.Namun pengukuran pH yang paling tepat dilakukan adalah dengan alat ukur yang disebut pH meter. (Petrucci.1987 : 309)
Indikator asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam asam maupun basa berbeda. Tidak semua indikator berubah warnanya pada pH yang sama. Perubahan warna indikator bergantung pada [H+] dalam larutan keasaman atau kebasaan suatu larutan. Berikut tabel perubahan warna dengan interval pH dari berbagai indikator.

No.
Indikator
Interval pH
Perubahan Warna
1
Metil Ungu
0,2 - 3,0
Kuning –Ungu
2
Timol Biru
1,2 -2,8
Merah – Kuning
3
Metil Jingga
3,1 - 4,4
Merah - Jingga -Kuning
4
Bromfenol Biru
3,0 - 4,6
Kuning -Biru – Ungu
5
Bromkresol Hijau
3,0 - 5,0
Biru – Merah
6
Kongo merah
3,8 - 5,4
Kuning – Biru
7
Metil Merah
4,4 - 6,2
Merah – Kuning
8
Brom kresol merah hijau
5,2 - 6,8
Kuning - Merah Jambu
9
Lakmus
4,5 - 8,5
Merah- Biru
10
Brontimol Biru
6,0 - 7,6
Kuning – Biru
11
Fenol merah
6,8 - 8,2
Kuning – Merah
12
Timol Biru
8,0 - 9,6
Kuning – Biru
13
Fenolftalein
8,3 - 10,0
Tak Bewarna - Merah
14
Timolftalein
9,3 - 10,5
Kuning – Biru
15
Alizarin Kuning
10,0 - 12,0
Kuning – Merah
16
Indigokarmin
11,4 - 13,0
Biru – Kuning
17
Trinitrobenzena
12,0 - 14,0
Tak Bewarna- Jingga

D.   Pengukuran pH Larutan dengan indikator
a)     Indikator Tunggal
Indikator kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru fungsinya hanya untuk membedakan larutan yang dituju itu bersifat asam atau basa. Indikator lainnya seperti Fenolftalein, Metil Jingga, Metil Merah, dan Brontimol Blue dapat memberikan trayek perubahan warna indikator tersebut.
b)    Indikator Universal
Dengan kertas indikator universal, kita dapat mengetahui pH larutan tersebut dengan cara mencelupkan sepotong indikator universal kedalam larutan. Perubahan warna kertas indikator tersebut dicocokkan dengan tabel warna yang mempunyai trayek pH dari 0 sampai 14.
c)     pH Meter
pH meter adalah suatu alat yang dapat digunakan sebagai pengukur pH larutan. pH meter memiliki elektroda jika dicelupkan ke dalam larutan dapat mengukur ion hidrogen. Nilai pH larutan terlihat pada skala pH meter. Pengukuran pH  larutan dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan indikator lainnya. (Horale, 2004 :37-39)

IV.           Alat dan Bahan
·        Alat
-         Tabung reaksi
-         Gelas kimia
-         Rak tabung reaksi
-         Pipet tetes
-         Plat tetes
·        Bahan
-         HCl
-         NH4OH
-         CH3COOH
-         NaOH
-         Indikator Universal
-         Indikator PP
-         Indikator Metil Orange (MO)
-         Indikator Metil Red (MM)
-         Aquadest

V.               Prosedur Kerja
a.     Daerah asam, pH = 2-16
1)    Isi tabung reaksi 10 mL dengan larutan standar HCL 0,01 M
(pH=2)
2)    Buat larutan pH=3 dengan melakukan pengenceran larutan  (untuk mendapatkan pH=3 ambil 1 mL larutan pH=2 encerkan dengan 9mL air)
b.     Daerah basa, ph= 6-12
1)    Isi tabung reaksi dengan larutan standar NaOH 0,1 M (pH=12)
2)    Buatlah larutan pH 11
c.      Perubahan warna pada pH tertentu
1)    Beri label pada setip larutan
2)    Ambil 2 mL setiap larutan masukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi
3)    Teteskan tetes indikator yang sudah disesuaikan
4)    Amati dan catat perubahan warna
5)    Lakukan langkah 1-2 dengan menggunakan indikator lainnya.

VI.           Hasil Pengamatan

No.
Larutan
pH
Jenis Indikator
MM
MO
PP
Universal
1.
HCL
2
Merah Muda
Merah hati
Tidak berwarna

2.
HCL
3
Merah
Orange kemerahan
Tidak berwarna

3.
CH3COOH
2
Merah muda
Orange kemerahan
Tidak berwarna

4.
CH3COOH
3
Merah muda
Orange
Tidak Berwarna

5.
NaOH
11
Kuning
Orange
Tidak Berwarna

6.
NaOH
12
Kuning
Orange
Tidak Berwarna

7.
NH4OH
11
Kuning bening
Orange
Tidak Berwarna


*tambahke lg tabel untuk larutan NH4OH ph 12 nyo

VII.        Pembahasan

VIII.    Kesimpulan

IX.           Daftar Pustaka
Pedoman Pelaksanaan Praktikum Kimdas Modul 4

Komentar